Penyerangan Pangkalan Militer AS Pearl Harbour oleh Jepang.
Tanggal 7
Desember mendatang, dunia akan memeringati 70 tahun serangan angkatan
bersenjata Jepang atas Pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii.
Selama tujuh dasawarsa itu pula, banyak orang percaya pemimpin AS waktu itu
sebenarnya sudah tahu akan datangnya serangan yang memicu Perang Pasifik
tersebut.
Beberapa teori
konspirasi menyebutkan, Presiden AS saat itu, Franklin D Roosevelt (FDR),
sebenarnya sudah menerima informasi intelijen tentang rencana serangan Jepang
ke Pearl Harbor, tetapi sengaja membiarkan serangan itu terjadi. Menurut teori
itu, Roosevelt percaya efek kejutan serangan tersebut akan membuat rakyat AS
mau diajak terjun ke kancah Perang Dunia II.
Teori populer
tersebut dibantah oleh sejarawan. "Itu hanya legenda. Ini adalah semacam
teori konspirasi yang sengaja dibuat demi keuntungan penjualan buku,"
tutur ahli sejarah militer Daniel Martinez dari Monumen Nasional Pearl Habor di
Hawaii.
Sejarah mencatat,
AS tidak serta merta ikut dalam Perang Dunia II, yang pecah sejak tentara Nazi
Jerman menyerbu Polandia pada September 1939. Martinez mengatakan, FDR memang
berusaha keras meyakinkan rakyat Amerika bahwa AS perlu terlibat dalam perang itu.
Namun, sebelum
serangan Pearl Harbor, perang yang dimaksud FDR adalah perang di front Eropa.
"Dia ingin berperang melawan Jerman. Dia sama sekali tak menginginkan
perang besar di dua front pertempuran," ujar dia.
Martinez
menambahkan, banyak orang Amerika saat ini yang lupa bahwa pada tahun 1941 AS
belum menjadi negara adidaya militer seperti saat ini. "Kami hanya punya
angkatan darat yang kecil, angkatan laut yang kecil, dan bahkan angkatan udara
yang sangat kecil," kata Martinez.
Bahkan, Angkatan
Udara AS (USAF) baru disahkan sebagai cabang angkatan bersenjata AS yang
berdiri sendiri pada 1947, dua tahun setelah Perang Dunia II selesai. Meski
beroperasi secara independen, angkatan udara AS selama Perang Dunia II masih
menjadi bagian dari Angkatan Darat AS (US Army).
Hingga malam
sebelum serangan ke Pearl Harbor, FDR masih menulis surat kepada Kaisar
Hirohito di Jepang untuk mmebujuk agar jangan sampai terjadi konflik militer
dengan Jepang. Bahkan, jika pihak intelijen Washington sudah tahu akan ada perang
dengan Jepang, tak ada satu pun indikasi waktu itu bahwa pangkalan US Navy di
Hawaii akan menjadi sasaran pertama.
Pihak AS waktu
itu lebih meyakini Jepang akan lebih dulu menyerang pangkalan militer AS di
Filipina. Selain itu, ada semacam perasaan merendahkan kemampuan Jepang di
kalangan para petinggi AS saat itu. "Ada pendapat yang mengatakan Jepang
tak akan mampu melakukan itu (menyerang pangkalan AS). Kami melihat Jepang saat
itu sebagai bangsa yang inferior, baik secara militer maupun dari segi ras,"
ungkap Martinez.
Sejarah pun
mencatat, sistem radar yang dipasang AS di Pearl Harbor tak mampu mendeteksi
kedatangan enam kapal induk Jepang yang mengangkut tak kurang dari 400 pesawat
tempur. Padahal, enam kapal induk itu berhenti hanya 350 kilometer dari sasaran
mereka.
Serangan Pearl
Harbor, yang oleh FDR disebut sebagai "Hari Kehinaan" bagi AS, sangat
mengejutkan orang Amerika. Hanya sehari setelah serangan, yang menewaskan lebih
dari 2.400 prajurit AS, itu, Kongres AS menyetujui seruan FDR agar AS
menyatakan perang dengan Jepang.
Tiga hari
kemudian, Hitler menyatakan perang dengan AS di front Eropa. Kekhawatiran
terbesar FDR pun terwujud: AS harus menghadapi perang besar di dua front.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar